Kata meditasi sudah tidak asing lagi . Banyak buku-buku meditasi atau kursus-kursus meditasi tersedia. Bagaikan jamur yang tumbuh di musim hujan begitulah kegiatan meditasi disebarkan. Begitu juga banyak guru-guru meditasi bermunculan dengan membawa bendera masing-masing.
Meditasi adalah suatu bentuk dalam mengolah serta bermain dengan jiwa dan pikiran. Apabila salah akan membawa dampak pula bagi kejiwaan seseorang. Guru meditasi hendaknya mengetahui pelajaran meditasi yang cocok bagi murid yang mempunyai tingkatan intelek, wawasan, energi, karma yang berbeda-beda. Bagaikan seorang dokter mendiagnose penyakit begitulah seharusnya seorang guru yang baik dalam memberikan pelajaran.
Meditasi pada hakikatnya adalah bagaimana cara yang baik untuk memurnikan pikiran untuk menjalankan moralitas kehidupan ini. Perenungan yang disertai dengan sistem yang benar dan terarah membuat sang meditator memahami apa yang terjadi dengan gejolak pikiranya sendiri. Pikiran merupakan landasan untuk berbuat sesuatu, bila pikiran tidak murni, penuh dengan negativitas maka kita pasti tidak akan murni, begitu juga dengan tindakan perbuatan kita. Meditasi yang benar seharusnya mengajarkan bagaimana cara melatih pikiran agar terkonsentrasi sekaligus agar pikiran menjadi termurnikan. Permurnian dan penguasaan pikiran haruslah berkembang dan berdampingan kalau tidak seseorang hanya belajar mengkonsentrasikan pikiran saja. Memang tidak bisa di pungkiri lewat konsentrasi pikiran seseorang akan mendapatkan kekuatan yang sangat besar, pikiran yang terkonsentrasi memiliki kekuatan dan daya prana serta sakti yang kuat. Apabila kekuatan prana sakti tidak di barengi dengan kekuatan kemurnian pikiran ini akan sangat berbahaya dan bisa di salah gunakan. Ini terbukti ada beberapa orang yang berbakat mempelajari meditasi mendapat kepekaan pikiran serta mampu untuk menembus lapisan pikiran orang lain. Inilah alasanya kenapa seseorang yang mempelajari teknik meditasi terkadang mempunyai gejala-gejala waskita, atau keparanormalan. Namun gejala-gejala tersebut bukanlah tujuan dalam meditasi tujuan yang terpenting adalah bagaimana pikiran itu menjadi murni untuk mencari realisasi diri. Kendatipun demikian banyak orang terjebak dalam permainan prana sakti sehingga orang yang dulunya bermeditasi untuk pemurnian pikiran berubah menjadi orang sakti mandraguna. Hal ini di sebabkan alam semesta mempunyai suatu gelombang energi dari perputaran yang terus menerus begitu juga dengan alam pikiran manusia. Seluruh alam semesta dialami di dalam kerangka tubuh ini, alam semesta adalah alam bagi anda apabila berhubungan dengan pintu indra manusia.
Seperti contoh dunia bunyi selalu berhubungan dengan indra telinga, bagi seseorang yang tuli sejak kecil maka tidak akan ada suara baginya.Begitu juga dengan indra –indra yang lain dalam tubuh manusia akan selalu kontak dengan alam semesta ini melalui suatu medan gelombang getaran. Ketika seseorang melakukan meditasi yang mendalam seluruh indra di dalam tubuh akan kontak dengan alam semesta secara aktif sehingga kontrol pikiran dibutuhkan.
Bukan itu saja badan-badan energy melalui sistem simpul kelenjar atau chakra akan menarik prana segar serta membuang prana kotor yang tidak di perlukan oleh tubuh. Pada saat inilah sensasi dalam tubuh akan bergejolak dan menimbulkan rasa panas, dingin, ringan, membesar, mengecil, cahaya, dan lain-lain. Pada saat seperti inilah sistem-sistem dalam kontrol pikiran sangat di butuhkan dengan demikian konsentrasi suatu objek dapat di pertahankan dalam melakukan meditasi. Ada banyak macam teknik konsentrasi dalam meditasi seperti membayangkan sesuatu benda, mantra, atau dengan mendengarkan suara alam dan detak jantung. Semua system dalam konsentrasi akan membawa efek terhadap pikiran dan jiwa seseorang pada saat perenungan meditasinya. Apabila seseorang memegang suatu objek dalam meditasi pada saat ini pikiran dan tubuh mengalami perubahan sehingga bisa larut dalam konsentrasi objek tersebut. Gejala-gejala atau sensasi apapun yang terjadi dalam melakukan meditasi sebenarnya hal itu adalah alami bukan suatu hal yang luar biasa atau di banggakan.
Batasan antara shakti dengan pencerahan.
Jaman dahulu ketika Sang Buddha Kecapi adalah seorang penekun meditasi yang beraliran Tantrayana dan sangat setrik dalam pelajarannya. Suatu ketika pada saat bulan mati ( Tilem) pergilah beliau ke tengah kuburan yang paling keramat untuk melakukan meditasi. Pada saat meditasi di kuburan beliau sangat kaget dengan sensasi pikirannya karena mampu merasakan getaran pohon, daun, untuk di jadikan bahan obat di katakan dalam lontar tersebut pohon itu datang dan berbicara kepadanya. Semenjak itulah beliau menjadi seorang pengh usadha yang sangat mahir dan ampuh namun, beliau tidak menyadari kalau itu juga merupakan jebakan dari kekuatan pikiran. Kenapa demikian ajaran tantrayana yang beliau anut adalah ajaran untuk mencapai pencerahan bukan ajaran sakhti untuk menjadi penghusada. Beberapa tahun berikutnya beliau menyadarai bahwa betapa kuatnya pengaruh maya serta prana sakti dalam pikirannya. Semenjak itu beliau kembali melakukan meditasi untuk mencapai pencerahan batin di sebuah kuburan. Ketika kedalaman pikirannya mencapai titik konsentrasi pada saat itu juga maya serta sakti menghampirinya beliau dihadapkan pada benda-benda bertuah serta berbagai maya yang lain. Kekuatan itu di tepisnya sekuat tenaga sehingga hari ke 21 beliau mendapatkan pencerahan batin dan terbebas dari maya serta prana sakti dalam pikirannya.
Dari cerita di atas dapat diambil kesimpulan betapa pentingnya konsep atau tujuan seseorang dalam melakukan meditasi.Orang bijaksana yang tercerahkan mengatakan kuburan adalah suatu tempat yang sangat baik untuk melakukan meditasi. Sebab seluruh kehidupan akan berakhir dengan kematian, apabila mati akan di kubur atau di uapacara terletak di kuburan, begitu pula kekuatan serta energi-energi positip serta negatif semua berada di kuburan. Bermeditasi di kuburan di butuhkan cinta kasih yang tinggi sehingga vibrasi negatif tidak bisa merasuki pikiran anda. Pikiran mempunyai kekuatan yang sangat dahsyat untuk ditaklukan masih lebih gampang menaklukan angin dari pada pikiran. Tiada cara yang lebih baik untuk menaklukan, mengikat, pikiran kecuali dengan japa dan nama semaranam dalam perenungan meditasi yang mendalam.
Sebab dengan menyebut nama-nama suci Tuhan setiap lapisan pikiran akan terkelupas layaknya seperti mengupas bawang lama-kelamaan akan bertemu dengan intinya dari bawang tersebut begitu juga dengan inti pikiran dalam kesadaran. Setiap suku kata atau nama Tuhan yang terucap akan membawa getaran, energi dari Tuhan menuju kedalam roh seseorang dalam perenungan tersebut.
mantap
BalasHapus