Apa beda air mineral atau air putih dengan minuman isotonik? Jawabannya, minuman isotonik mengandung berbagai mineral yang diperlukan tubuh. Sebut saja natrium, kalium, kalsium, magnesium, karbohidrat, vitamin dan sebagainya. Tak cuma itu. Ada khasiat yang paling khas dari minuman ini, yakni dapat segera mengganti cairan tubuh yang hilang. Atau dalam bahasa kerennya, mengganti ion atau elektrolit tubuh.
Namun beberapa waktu lalu, Komite Masyarakat Antibahan Pengawet (Kombet) mengungkap hasil risetnya terhadap 28 minuman dalam kemasan. Yang paling banyak diteliti adalah minuman isotonik. “Ternyata sebagian besar minuman jenis itu mengandung bahan penga-wet,” kata Ketua Kombet, Nova Kurniawan. Sampel diambil secara acak untuk selanjutnya diuji secara laboratorium. Penelitian yang disupervisi Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Jakarta ini dilakukan di 3 laboratorium, yakni Sucofindo Jakarta, M-Brio Bogor, dan Bio-Formaka Bogor. (lihat boks)
MASIH DI AMBANG BATAS
Pengawet merupakan bahan yang ditambahkan untuk mencegah atau menghambat terjadinya kerusakan atau pembusukan minuman atau makanan. Dengan penambahan pengawet tersebut, produk minuman diharapkan dapat terpelihara kesegarannya. Akan tetapi penggunaannya tentu harus mengikuti takaran yang dibenarkan. Lantaran itu masyarakat perlu memahami label yang tertera pada kemasan. “Sayangnya, pada label kemasan produk banyak tidak dicantumkan atau dijelaskan tentang komposisi bahan pengawet yang digunakan. Kalaupun dicantumkan, pen-jelasan biasanya ditulis dengan huruf yang sangat kecil sehingga sulit dibaca atau menggunakan bahasa asing sehingga tak mudah dipahami konsumen.”
Ada 3 kelompok produk yang beredar di pasaran. Per-ta-ma, produk yang tidak menggunakan bahan pengawet. Kedua, produk yang menggunakan bahan pengawet dan mencantumkannya pada label. Ketiga, menggunakan bahan pengawet tapi tak mencantumkan pada kemasan. Padahal pencantuman komposisi kandungan bahan pada kemasan produk amatlah penting untuk diketahui.
BOLEH TIAP HARI?
Menurut Nova, meski kandungan bahan pengawet ter-sebut umumnya tidak terlalu besar, akan tetapi jika dikon-sumsi secara terus-menerus tentu akan berakumulasi dan menimbulkan efek terhadap kesehatan. Konon penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan penyakit Lupus (Systemic Lupus Eritematosus/SLE). Namun, memang tidak ada patokan berapa lamakah itu. Dampak lain dari bahan pengawet minuman dalam kemasan adalah kanker. Dalam sebuah literatur disebutkan bahwa bila dikonsumsi secara berlebihan, dapat timbul efek samping berupa edema (bengkak) yang dapat terjadi karena retensi atau tertahannya cairan di dalam tubuh. Bisa juga naiknya tekanan darah sebagai akibat bertam-bahnya volume plasma lantaran pengikatan air oleh natrium.
Meski begitu, jika cuma mengonsumsinya sesekali, maka tak perlu kelewat khawatir. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun telah melakukan penelitian serupa dan hasilnya menunjukkan bahan pengawet yang digunakan masih di bawah ambang batas ketentuan Departemen Kesehatan. Menurut Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Badan POM, Sukiman Said Umar, berdasarkan nilai Acceptable Daily In-take (ADI), natrium benzoat memiliki ambang batas 600 miligram per liter. Hal ini memang berbeda dari hasil riset Kombet yang menyebutkan angka 117-433 miligram per liter. Nah Anda pilih berpatokan pada yang mana? Sebaiknya, sih, yang paling aman.
Adapun ambang batas kalium sorbat yaitu 25 miligram per kilogram berat badan. Jadi, bila berat badan anak 20 kg, dan ia minum 500 mg kalium sorbat melalui dua botol minuman isotonik, berdasarkan kajian risiko yang dilakukan Badan Kesehatan Dunia (WHO) hal itu dianggap tidak membahayakan.
BANYAK KHASIAT?
Cairan tubuh berperan penting dalam metabolisme, di antaranya mengangkut dan menyerap zat-zat gizi di dalam darah, membantu proses pencernaan dan menjaga suhu tubuh. Mengingat fungsinya, jangan heran bila tubuh manusia membutuhkan cairan setiap hari untuk mengganti cairan yang keluar melalui pernapasan, keringat, dan urine. Jika cairan yang keluar tidak segera digan-tikan, lama-kelamaan tubuh dapat mengalami dehidrasi. Gejala yang muncul antara lain badan lemas, mata berkunang-kunang hingga konsentrasi menurun. Aktivitas fisik yang terlampau berat juga bisa menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan yang ditandai dengan gejala mual, lelah, nyeri kepala, muntah, bahkan kejang otot.
Minuman isotonik dipercaya bukan hanya mampu menggantikan cairan tubuh. Minuman ini juga konon dapat menyembuhkan demam berdarah dan tifus. Apa benar begitu? Sebenarnya, minuman ini hanya membantu mempercepat proses pemulihan penderita. Bila si pasien rajin mengonsumsi minuman isotonik, maka cairan tubuhnya yang hilang akan tergantikan secara efektif. Minuman ini juga baik dikonsumsi saat mengalami dehidrasi atau diare. Boleh dibilang fungsinya serupa dengan oralit. Tak cuma itu. Minuman isotonik juga dinilai mujarab dalam proses penyembuhan sariawan.
Meski begitu, bila dikonsumsi dalam kondisi sedang tidak melakukan aktivitas fisik berat yang sampai mengeluarkan banyak keringat, kandungan ion di dalam minuman ini tak memberikan efek positif. Pasalnya, dalam keadaan normal atau segar bugar, tubuh tak membutuhkan zat-zat elektrolit tersebut. Akhirnya, kandungan mineral minuman jenis ini tak terman-faatkan.
Sekadar ilustrasi, dalam bidang farmasi, cairan isotonik umumnya digunakan untuk membuat larutan infus atau obat suntik. Larutan isotonik dapat dibuat dengan menambahkan garam sampai kepekatan larutan mencapai sekitar 0,9%. Disebut juga larutan garam fisiologis. Nah, larutan ini mengandung elektrolit yang diperlukan tubuh sebagai pengganti elektrolit yang hilang. Penggunaannya dengan cara disuntikkan ke pembuluh darah, bukan diminum agar larutan cepat diserap tubuh.
Disebut isotonik karena keseim-bangan kepekatan larutan yang masuk sama dengan kepekatan cairan darah. Mengapa harus seperti itu? Karena bila lebih encer, sel-sel darah malah bakal membengkak. Sebaliknya, bila kepekatan larutan yang masuk lebih tinggi, sel-sel darah akan mengerut.
Yang jadi masalah, perkara ilmiah tersebut menjadi “kabur” di kalangan awam. Banyak yang menganggap, dengan mengonsumsi minuman isotonik, seolah-olah penyerapannya dapat berlangsung lebih cepat dibanding mengonsumsi air bening/putih. Alasannya, air bening akan disimpan lebih dulu di lambung, sedangkan minuman isotonik langsung menyebar ke seluruh tubuh. Padahal sebenarnya semua cairan yang masuk melalui mulut tidak bisa langsung masuk ke sel darah, melainkan lebih dulu masuk ke lambung. Kesimpulannya, kecepatan peresapan minuman isotonik dan air putih ya sama saja.
ZAT PENGAWET YANG DIBOLEHKAN
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, M.S, M.Kes, SpFK, mengatakan, ada beberapa bahan pengawet yang memang diperbolehkan untuk makanan dan minuman yang diperkenankan badan dunia. Hal ini ditetapkan dalam Kepmenkes (Keputusan Menteri Kesehatan). “Tentunya Menteri Kesehatan membuat suatu keputusan bukan begitu saja. Karena di dunia ada komite yang terdiri dari pakar dari WHO, FAO dan perwakilan dari 185 negara yang menetapkan bahan-bahan tambahan apa yang boleh ditambahkan dalam makanan dan minuman dalam jumlah yang telah ditentukan. Termasuk pemanis, pengawet, pengempal, dan sebagainya.”
Menurut Akib, pengawet yang digunakan pada minuman ringan yang banyak diberitakan (natrium benzoat dan kalium sorbat) adalah bahan pengawet yang diperbolehkan penggunaannya dalam makanan. Tidak hanya digunakan di Indonesia, tapi juga oleh negara lain. “Produk-produk Mizone, Zetporto, Mogu-mogu, Jungle Juice dan Zesttea adalah produk-produk yang kandungan isinya tidak berbahaya karena mengandung bahan pengawet yang diperbolehkan/diizinkan. Kami melakukan penarikan terhadap produk-produk tersebut karena melanggar ketentuan pelabelan. Jadi, bukan karena isinya mengandung bahan berbahaya.”
Senada dengan Akib, Didi Nugrahadi, Marketing Director PT Tirta Investama menjelaskan, bahan pengawet kalium sorbat dan natrium benzoat aman digunakan dalam produk makanan dan minuman. Demikian persetujuan BPOM dan badan-badan otoritas internasional dalam keamanan pangan seperti FDA (Badan Administrasi Pangan dan Obat di Amerika Serikat), EU (Uni Eropa), FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian), WHO (Badan Kesehatan Dunia), serta CODEX (badan standarisasi pangan internasional).
“Persetujuan ini telah melalui pengujian ekstensif yang membuktikan bahwa kedua bahan pengawet tersebut aman untuk kesehatan yang diatur dalam Permenkes No.722/Menkes/IX/88. Kedua bahan tersebut telah digunakan secara luas dalam berbagai produk makanan dan minuman di Indonesia maupun di mancanegara, sejak lebih dari 50 tahun lalu,” papar Didi.
Menurut Didi, pernyataan yang mengklaim bahwa kalium sorbat dan natrium benzoat berbahaya dan menyebabkan penyakit Lupus adalah sama sekali tidak benar, tidak bertanggung jawab dan tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah. “Demikian pula mengenai berita akan adanya penarikan produk Mizone dikarenakan produknya berbahaya adalah tidak benar. Mizone sudah mendapatkan persetujuan BPOM serta aman untuk dikonsumsi. Masyarakat dapat tetap mengkonsumsi Mizone seperti biasa,” tambah Didi.
SEKILAS TENTANG BAHAN PENGAWET
Bahan pengawet pada makanan dan minuman berfungsi menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan, menghindarkan oksidasi makanan sekaligus menjaga nutrisi makanan. Natrium Benzoat dikenal juga dengan nama Sodium Benzoat atau Soda Benzoat. Bahan pengawet ini merupakan garam asam Sodium Benzoic, yaitu lemak tidak jenuh ganda yang telah disetujui penggunaannya oleh FDAdan telah digunakan oleh para produsen makanan dan minuman selama lebih dari 80 tahun untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme (jamur).
Menurut sebuah studi WHO, Sodium Benzoat adalah bahan pengawet yang digunakan untuk makanan dan minuman serta sangat cocok untuk jus buah maupun minuman ringan. Sodium Benzoat banyak digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman seperti jus buah, kecap, margarin, mentega, minuman ringan, mustard, sambal, saus salad, saus tomat, selai, sirop buah, dan lainnya. Sodium Benzoat secara alami terdapat pada apel, cengkeh, cranberry (sejenis buah berry yang digunakan untuk membuat agar-agar dan saus), kayu manis, prem (yang dikeringkan) dan lain-lain.
International Programme on Chemical Safety tidak menemukan adanya dampak terhadap kesehatan manusia dengan dosis sebesar 647-825 mg/kg berat badan per hari. Degradasi Sodium Benzoat (yang dihasilkan dalam tubuh dari garam sodium) telah dipelajari secara detail dan menunjukkan bahwa bahan-bahan ini tidak berbahaya. Sekitar 75-80% dikeluarkan dalam jangka waktu 6 jam dan seluruh dosis akan dikeluarkan dari dalam tubuh dalam jangka waktu sekitar 10 jam. Batasan yang ditentukan untuk Sodium Benzoat dalam makanan bukan karena sifat racunnya, melainkan karena jumlahnya melebihi 0.1%, bahan ini dapat meninggalkan rasa tertentu di mulut.
Sementara Kalium Sorbat dikenal juga dengan nama Potassium Sorbat. Potassium sorbat adalah garam potassium dari asam sorbic yang digunakan untuk menghentikan bertumbuhnya jamur. Potassium Sorbat banyak digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman seperti air soda, ikan asap, ikan asin, jus buah, keju, kue, margarin, mentega, minuman anggur, minuman ringan, produk buah-buahan yang difermentasi, roti, saos selada, susu, yoghurt, dan lainnya. Potassium Sorbat mempertahankan kualitas makanan dan minuman.
HASIL RISET
Hasil riset Sucofindo Jakarta (17-20 November 2006):
Produk yang mengandung pengawet natrium benzoat:
1. Zporto (376,17 mg/l)
2. Freez Mix (267,84 mg/l)
3. Arinda Sweat (286,08 mg/l)
4. Zhuka Sweat (214,15 mg/l)
5. Kino Sweat (260,86 mg/l)
6. Amazone (433,30 mg/l)
7. Boyzone (280,41 mg/l)
8. Amico Sweat (289,93 mg/l)
9. Pokap (263,39 mg/l).
Produk yang mengandung kalium sorbat:
1. Zegar (95,37 mg/l).
Produk yang mengandung natrium benzoat dan kalium sorbat:
2. Mizone (107,28 mg/l dan 91,20 mg/l).
Berikut hasil riset M-Brio Bogor yang dikeluarkan 3 November 2006:
Produk yang mengandung kalium sorbat:
1. Mizone (Orange Lime) (113 mg/l)
2. Zegar (116 mg/l)
Produk yang mengandung natrium benzoat:
1. Freez Mix 120 mg/l.
2. Arinda Sweat (119 mg/l)
3. Zhuka Sweat (117 mg/l)
4. Kino Sweat (122 mg/l)
5. Amazon (118 mg/l)
7. Boyzone (123 mg/l)
8.V-Zone (120 mg/l)
9. Americo Sweat (121 mg/l)
10. Pokap (123 mg/l).
Laporan dari Bio Farmaka Research Center IPB Bogor:
Produk yang mengandung natrium benzoat dan kalium sorbat:
Mizone (Passian Fruit dan Orange Lime) dan Jungle Jus.
Produk yang tak mengandung natrium benzoat dan kalium sorbat:
Vitazone, Pocari Sweat, Rezza Sportion, Nu Apple EC dan Jus AFI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar