Berani memulai usaha? wow suatu langkah besar dan berani terlebih jika mengundurkan diri dari pekerjaaannya. Tentunya akan menimbulkan reaksi beragam di lingkungan kita. Ada yang menyambut positif, ada pula yang menyambutnya negative bahkan mencibir.Kalau itu terjadi saran saya siapkan tutup kuping, jangan pedulikan dan tetap melangkah.
Respon dari suatu tindakan akan bervariasi , tergantung dari tingkat pemahaman dan latar belakang masing-masing. Respon negative biasanya timbul reaktif dan berlaku sesaat. Umumnya mereka yang merespon negative karena sudah merasa nyaman di kondisinya apalagi karena sudah mendapatkan penghasilan rutin. Bahkan bagi yang telah berhasil dalam usahanya pun pandangan negative pun menghantui.
Respon kita cukup , the show must go on.. terus melangkah dan cukup minta doa restunya saja. Berani membuka bisnis berarti berani menangkap peluang, berarti berani menjadi salah satu calon orang kaya di Indonesia . Beberapa hal penyebab adanya respon negative, yaitu memulai usaha adalah beresiko dan tidak jelas hasilnya. Memulai usaha membutuhkan modal besar dan bisa menyulitkan keluarga jika gagal.
Benarkah demikian? jawabannya tidak! Saya setuju dengan pkitangan Valentino Dinsi (”jangan mau seumur hidup jadi orang gajian”), jika diperingkatkan tingkatan resiko antara membuka usaha dengan menjadi karyawan, maka resiko yang terbesar adalah menjadi karyawan.
Membuka usaha berarti membuka peluang untuk mendapatkan pemasukan dari berbagai sumber sementara menjadi karyawan hanya memiliki satu sumber penghasilan. Sekiranya sumber penghasilan itu hilang, mereka yang membuka usaha hanya memiliki sedikit pengaruh karena masih memiliki beberapa sumber penghasilan. Beda halnya dengan karyawan, perlu waktu untuk mendapatkan sumber penghasilan pengganti. bagaimana jika penghasilan itu terputus saat usia empat puluhan? tentulah sulit bersaing dengan tenaga muda yang potensial dan bersemangat tinggi. Belum lagi diusia tersebut memerlukan banyak biaya untuk kesehatan, sekolah anak-anak, gaya hidup dan sebagainya. Tentulah sulit untuk orang disekeliling menerima suatu keputusan yang bisa merubah gaya hidup secara dramatis.
Kasus yang menarik adalah ketika 14000 karyawan kontraktor NIKE berunjuk rasa meminta pembatalan penghentian order. Bagaimana media massa menyiarkannya dari berbagai sudut pandang. Opini yang terbentuk adalah kehilangan satu-satunya mata pencaharian adalah suatu tragedy.
Untuk itu selagi masih menjadi karyawan, galilah potensi kita untuk mendapatkan sumber penghasilan lain. Sebagai tindakan awal jika sumber penghasilan kita itu terputus karena sesuatu hal. Jika masih ragu, banyak buku-buku menarik yang bisa menjadi bahan renungan atau ikut seminar-seminar motivasi. Percayalah banyak mereka yang berhasil berwira usaha adalah mantan karyawan.
Bagi mereka yang akan terjun sebagai wira usaha, pandangan negative merupakan salah satu krikil tajam yang bila tidak hati-hati menyikapi justru akan melukai dan menghambat langkah. Apa yang terjadi didunia ini tidaklah seberat yang dibayangkan. Selama kita masih bisa berfikir dan bertindak, kita akan dapat mengatasi hambatan yang menghadang dengan arif dan tetap bersemangat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar